Marathon, mungkin kalian tahu akan olahraga yang satu ini yang memerlukan fisik
yang kuat. Namaku adalah Dion athlet olahraga ini. Aku selalu berlatih supaya
dapat menjadi juara dalam lomba ini. Minggu depan ada perlombaan marathon umum
yang diselenggarakan untuk memperingati hari kemerdekaan RI yang tentunya
kuikuti. Dengan dada yang terbakar semangat dan keinginan untuk menang aku
terus berlatih hingga tiba hari itu. Berlatih setiap pagi dan sore untuk
melatih fisik ini.
Tidak terasa hari perlombaan pun
tiba. Dalam pengambilan nomor aku mendapatkan nomor 13, nomor yang dianggap
keramat. Kurasa dalam perlombaan ini aku harus bekerja keras untuk menang
karena ternyata sainganku berat-berat bukan hanya dari dalam kota,
bahkan dari luar kota.
Salah satu dari pesaingku ternyata adalah temanku SMA yang juga athlet
nasional. Aku pun menyapanya dan bercakap-cakap sedikit untuk beberapa menit.
Akhirnya perlombaan pun dimulai.
Dengan aba-aba dan suara tembakan ke udara oleh wasit, marathon pun dimulai.
Aku berlari dengan kecepatan agak tinggi dan tidak begitu cepat karena untuk
menghemat tenagaku. Dengan perlahan-lahan aku mendahului beberapa peserta
sehingga aku menempati posisi 3.
Tiba-tiba disebuah belokan yang agak
tajam dan sepi menghadanglah kabut nan
tebal. Didepanku hanya kulihat peserta yang menempati posisi 2 dan mungkin
peserta yang di posisi 1 sudah jauh meninggalkanku dan peserta yang diposisi
dua.
Kulihat peserta didepanku masuk
kedalam kabut tersebut. mau-tidak mau aku ikut masuk. Pemandangan yang berbeda
kujumpai didalam kabut itu. Rute yang tadinya adalah jalan beraspal kini
berubah menjadi jalan setapak yang didampingi oleh pohon-pohon besar di sebelahnya.
Aku yang terus berlari mengikuti jalan setapak itu kini tidak melihat lagi peserta
yang di posisi dua. Kususuri terus jalan setapak tersebut hingga aku menemukan
beberapa gubuk beratap daun tua dan hanya disangga oleh empat bambu yang
berguna seperti tempat jual beli atau pasar. Disana aku juga menemui beberapa
penjual dan pembeli yang melakukan perdagangan di pasar tersebut. Tapi anehnya
muka mereka pucat, agak murung, dan kulitnya penuh dengan luka sayatan pisau.
Entah mengapa di tempat tersebut aku merasakan kelelahan dan kehausan yang
luarbiasa sampai-sampai aku tak sanggup berlari dan hanya bisa berjalan saja
ditambah dengan bulu kudukku yang mrinding.
Tiba-tiba dari belakang seperti ada
yang memegang pundakku. Dengan agak ragu dan takut aku pun menengoknya untuk
mengetahui siapa itu. Dengan agak mengelus dada aku merasa lega karena yang
memegang pundakku adalah sahabatku tadi. Sebelum aku berkata apa-apa dia
langsung berkata sambil menunjuk kea rah depan “ jika kau ingin keluar dari
tempat ini berlarilah menuju cahaya itu.” Aku pun menengok ke arahnya menunjuk
dan menenoleh lagi ke arahnya dan ia pun tiba-tiba menghilang.
Seketika itu juga semua pedagang dan
pembeli yang menyeramkan itu menengok ke arahku dan berlari mengejarku sambil
berkata “tumbal kedua…..” tiba-tiba tenagaku pulih dan dengan berlari secepat
aku bisa, aku berlari menuju arah yang ditunjukan temanku tadi. Aku terus
berlari walau kakiku terasa mau patah. Aku berlari secepat tenaga sambil
memejamkan mata karma ketakutan.
Tak kurasa aku telah melewati cahaya
yang bentuknya seperti pintu gerbang kerajaan yang ditunjuk temanku. Aku pun
kembali ke jalan beraspal seperti saat perlombaan. Di depan telah menuggu garis
finish dan peserta yang berada di posisi dua yang menjadi posisi satu. Setelah
aku menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya dia tidak merasa dia pernah ke
sebuah pasar. Dan aku juga bertanya siapa yang di posisi pertama sebelum dia
finish. Dan ternyata itu sahabatku tadi yang memberi tahu tentang jalan keluar
padaku.
Aku menunggu sahabatku di finish
untuk berterimakasih kepadanya tapi hingga akhir perlombaan dan penyerahan
juara dia tak kunjung datang. Aku pun penasaran dengan daerah itu dan bermaksud
bertanya kepada salah satu penduduk desa di dekat rute itu. Salah satu penduduk
menjelaskan kepadaku semuanya. Dulu waktu jaman penjajahan di sana terdapat sebuah pasar yang cukup rame,
tapi karena para pedagangnya tak mau membayar uang upeti. Para
pedagang dan pembelinya semua dibunuh dengan sadis dengan disayat pisau seluruh
tubuhnya oleh Blanda tanpa ampun dan dibakar. Dan sampai sekarang setiap hari
kemerdekaan pasar tersebut meminta tumbal.
Begitu mendengar cerita itu aku lalu
sadar bahwa temanku telah menjadi tumbal dari pasar tersebut dan sampai
sekarang tidak diketemukan jasadnya. Setelah kejadian itu aku tak berani untuk
melewati jalan itu tadi.
JADWAL SIARAN LANGSUNG LIGA CHAMPIONS, CHELSEA VS ATLETICO
ReplyDeleteThis is how my associate Wesley Virgin's autobiography begins in this shocking and controversial VIDEO.
ReplyDeleteYou see, Wesley was in the army-and shortly after leaving-he discovered hidden, "SELF MIND CONTROL" secrets that the government and others used to get everything they want.
THESE are the exact same SECRETS lots of famous people (especially those who "come out of nowhere") and top business people used to become rich and famous.
You probably know that you use only 10% of your brain.
Really, that's because the majority of your brain's power is UNCONSCIOUS.
Maybe this thought has even occurred INSIDE OF YOUR own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head seven years back, while riding a non-registered, beat-up trash bucket of a car without a driver's license and $3.20 on his bank card.
"I'm so frustrated with going through life payroll to payroll! When will I finally make it?"
You've taken part in those questions, am I right?
Your success story is going to start. You just need to take a leap of faith in YOURSELF.
CLICK HERE TO LEARN WESLEY'S METHOD