1.perubahan iklim
Iklim didefininisikan sebagai keadaan rata-rata cuaca di tempat yang luas dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektorkehidupan manusia.
Salah satu hal yang mempengaruhi adanya perubahan iklim tersebut adalah Efek Rumah Kaca yang merupakan hasil dari penyerapan energi oleh gas-gas tertentu yang terdapat di atmosfer dan meradiasikan kembali sebagian dari paanas tersebut ke bumi. Tanpa adanya efek rumah kaca yang alami, suhu di permukaan bumi aka berada pada angka -18oC, bukan seperti suhu saat ini. Setiap gas rumah kaca mempunyai efek pemanasan global yang berbeda. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global.
Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai sektor kehidupan. Indonesia beresiko mengalami kerugian yang signifikan terhadap perubahan iklim tersebut. Karena keberadaannya pulasebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kekeringan yang semakin panjang, frekuensi peristiwa cuaca ekstrem yang semakin sering, dan curah hujan tinggi yang berujung pada bahaya banjir besar; -semuanya merupakan contoh dari dampak perubahan iklim. Terendamnya sebagian daratan negara, -seperti yang terjadi di Teluk Jakarta -, telah mulai terjadi. Demikian pula, keberagaman spesies hayati yang sangat kaya dimiliki Indonesia juga berada dalam resiko yang sangat besar. Pada gilirannya, hal ini akan membawa efek yang merugikan bagi sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, sehingga berujung kepada terciptanya ancaman atas ketersediaan pangan dan penghidupan.
Perubahan iklim tersebut, salah satunya pemanasan global juga akan menaikkan level permukaan air laut, sehingga menggenangi daerah pesisir produktif yang sekarang digunakan sebagai lahan pertanian. Misalnya, di daerah Karawang, Jawa Barat, suplai beras lokal akan mengalami reduksi besar sebagai dampak dari penggenangan tersebut. Juga, kerugian dari sektor produksi ikan dan udang di daerah yang sama dapat mencapai angka sebesar lebih dari 7.000 ton. Jika prediksi ini menjadi nyata, beribu-ribu petani di kawasan tersebut harus mencari sumber penghidupan yang lain.
Tak hanya itu, perubahan iklim juga akan meningkatkan dampak buruk dari wabah penyakit yang ditularkan melalui air atau vektor lain seperti nyamuk. Pada akhir dekade 1990an, El Nino dan La Nina diasosiasikan dengan wabah malaria dan DBD. Akibat dari meningkatnya temperatur, malaria kini juga mengancam daerah yang sebelumnya tak tersentuh karena suhu dingin, seperti dataran tinggi Irian Jaya (2013 m. di atas permukaan laut) pada tahun 1997 (Climate Hotmap). Riset juga telah mengkonfirmasi hubungan antara peningkatan temperatur dan mutasi virus DBD. Ini berarti kasus-kasus DBD yang ada menjadi lebih sulit ditangani dan menimbulkan lebih banyak korban jiwa.
Masalah kesehatan lainnya juga dapat diperparah karena perubahan iklim. Contohnya, manusia dengan penurunan fungsi jantung sangat mungkin menjadi lebih rentan dalam cuaca yang panas karena mereka membutuhkan energi lebih untuk mendinginkan tubuh mereka. Suhu panas juga dapat mencetuskan masalah pernapasan. Konsentrasi zat ozone di level permukaan tanah akan meningkat karena pemanasan suhu. Ini akan menyebabkan kerusakan pada jaringan paru-paru manusia.
2. Dampak Perubahan Iklim
Tentu saja dari perubahan iklim ini dapat menimbulkan dampak negative. Untuk Indonesia sendiri, ada sejumlah dampak perubahan iklim seperti :
1. Ekosistem
- Kemungkinan punahnya 20-30 persen spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5 derajat Celcius.
- Bertambahnya CO2 di atmosfer akan meningkatkan tingkat keasaman laut. Hal ini berdampak negative pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang dan spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut.
2. Pangan dan hasil hutan
- Diperkirakan produktivitas pertanian didaerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara1-2 derajat Celcius, sehingga meningkatkan resiko bencana kelaparan.
- Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir akan memberikan dampak negative pada produksi local terutama pada penyediaan pangan di subtropics dan tropis.
3. Pesisir dan dataran rendah
- Daerah pantai akan semakin rentan terhadap erosi pantai dan naiknya permukaan air laut. Kerusakan pesisir akan diperparah oleh tekanan manusia didaerah pesisir.
- Diperkirakan tahun 2080, jutaan orang akan terkena banjir setiap tahun karena naiknya permukaan air laut. Resiko terbesar adalah dataran rendah yang padat penduduknya dengan tingkat adaptasi yang rendah. Penduduk yang paling terancam adalah yang berada di delta-delta Asia dan Afrika, namun yang paling rentan adalah penduduk di pulau-pulau kecil.
4. Sumber dan Manajemen air tawar
- Rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air didaerah subpolar dan daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat 10-40 persen.
- Sementara didaerah subtropics dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang 10-30 persen, sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.
5. Industri, permukiman dan masyarakat
- Industri, permukiman dan masyarakat yang paling rentan umumnya berada didaerah pesisir dan bantaran sungai, serta mereka yang ekonominya terkait erat dengan sumber daya yang sensitive terhadap iklim, serta mereka yang tinggal didaerah-daerah yang sering dilanda bencana ekstrem, dimana urbanisasi berlangsung dengan cepat.
- Komunitas miskin sangat rentan karena kapasitas beradaptasi yang terbatas,serta kehidupan mereka sangat tergantung kepada sumberdaya yang mudah terpengaruh oleh iklim seperti persediaan air dan makanan.
6. Kesehatan
- Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan.
Meski tingkat emisi GRK terus meningkat, ada banyak peluang untuk menguranginya. Salah satu cara melalui perubahan gaya hidup dan pola konsumsi. IPCC memberikan rekomendasi kebijakan dan instrument yang dinilai efektif menurunkan emisi GRK, seperti :
Sektor Energi
- Mengurangi subsidi bahan bakar fosil.
- Pajak karbon untuk bahan bakar fosil.
- Kewajiban menggunakan energi terbarukan.
- Penetapan harga listrik bagi energi terbarukan.
- Subsidi bagi produsen
Sektor Transportasi
- Kewajiban ekonomi bahan bakar, penggunaan biofuel dan standar CO2 untuk alat transportasi jalan raya.
- Pajak unstuck plebeian endbrain, STNK, bahan bakar serta tarif penggunaan jalan dan parker.
- Merancang kebutuhan transportasi melalui regulasi penggunaan lahan serta perencanaan infrastruktur.
- Melakukan investasi pada fasilitas angkutan umumdan transportasi tak bermotor.
Sektor Gedung
- Menerapkan standard dan pemberian label pada berbagai peralatan.
- Sertifikasi dan regulasi gedung
- Program-program demand side management.
- Percontohan oleh kalangan pemerintah termasuk pengadaan.
- Insentif untuk energy services company.
Sektor Industri
- Pembuatan standar
- Subsidi, pajak untk kredit.
- Izin yang dapat diperjualbelikan
- Perjanjian sukarela.
Sektor pertanian
- Insentif financial serta regulasi-regulasi untuk memperbaiki manajemen lahan, mempertahankan kandungan karbon didalam tanah, penggunaan pupuk dan irigasi yang efisien.
Sektor kehutanan
- Insentif financial (nasional dan internasional) untuk memperluas area hutan, mengurangi deforestasi, mempertahankan hutan, serta manajemen hutan.
- Regulasi pemanfaatan lahan serta penegakan regulasi tersebut.
Sektor manajemen limbah
- Insentif financial untuk manajemen sampah dan limbah cair yang lebih baik.
- Insentif atau kewajiban meggunakan energi terbarukan.
- Regulasi manajemen limbah.
Selain itu kita sebagai masyarakat dapat melakukan upaya pengurangan emisi seperti :
- Gunakan penerangan secara efisien dan efektif. Penggunaan lampu hemat energi dan jadwal penerangan rumah yang tepat
- Gunakan peralatan elektronik, seperti komputer,TV, radio dan AC, seperlunya saja.
- Kurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
- Maksimalkan penggunaan kendaraan umum dan jika terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, upayakan untuk berbagi dengan mereka yang memiliki tujuan sama.
- Berjalan kaki maupun memanfaatkan angkutan tak bermotor untuk jarak dekat.
- Jika harus memiliki kendaraan pribadi, pilih yang penggunaan bahan bakarnya lebih hemat dengan jenis bahan bakar yang lebih bersih.
- Kejelian dalam memilih produk merupakan bantuan besar dalam mengendalikan emisi GRK. Secara keseluruhan, produk lokal akan memberikan emisi GRK yang lebih kecil
- dibandingkan produk impor. Sebab produk impor akan mengemisikan GRK dalam proses transportasinya dari negara asal ke negara tujuan.
- Jangan lupa, tanamlah pohon di sekitar lingkungan anda tinggal. Selain berguna untuk
- menyegarkan udara di sekitarnya, pepohonan juga berfungsi untuk menyerap emisi GRK.
Perubahan iklim jelas menyengsarakan kehidupan umat manusia. Kerugian materi dan juga korban nyawa adalah akibat yang harus kita terima. Oleh karena itu, sudah saatnya kita, pemerintah, industri dan masyarakat, bahu-membahu berupaya untuk menghambat terjadinya perubahan iklim.
0 comments:
Post a Comment