Thursday 3 May 2012

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DI INDONESIA

-->


Iklim di dunia selalu berubah, baik menurut ruang maupun waktu. Perubahan iklim dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya (ruang), yaitu perubahan iklim secara lokal dan global. Berdasarkan waktu, iklim dapat berubah dalam bentuk siklus, baik harian, musiman, tahunan, maupun puluhan tahun. Perubahan iklim adalah perubahan unsur unsur iklim yang mempunyai kecenderungan naik atau turun secara nyata.

1. Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim global disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas di atmosfer. Hal ini terjadi sejak revolusi industri yang membangun sumber energi yang berasal dari batu bara, minyak bumi dan gas yang membuang limbah gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O). Hal ini menyebabkan efek rumah kaca, yaitu energi dari matahari memacu cuaca dan iklim bumi serta memanasi permukaan bumi; sebaliknya bumi mengembalikan energi tersebut ke angkasa. Gas rumah kaca pada atomsfer (uap air, karbon dioksida dan gas lainnya) menyaring sejumlah energi yang dipancarkan, menahan panas seperti rumah kaca.
Tanpa efek rumah kaca natural ini maka suhu akan lebih rendah dari yang ada sekarang dan kehidupan seperti yang ada sekarang tidak mungkin ada. Jadi gas rumah kaca menyebabkan suhu udara di permukaan bumi menjadi lebih nyaman sekitar 60°F/15°C. Tetapi permasalahan akan muncul ketika terjadi konsentrai gas rumah kaca pada atmosfer bertambah. Sejak awal revolusi industri, konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer bertambah mendekati 30%, konsetrasi metan lebih dari dua kali, konsentrasi asam nitrat bertambah 15%. Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan menjaring panas pada atmosfer bumi.  
Hal inilah yang menyebabkan perubahan iklim secara pesat. Perubahan iklim global akan memberikan dampak yang sangat parah bagi Indonesia karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua dan dua samudera, negara kepulauan dengan 81.000 km garis pantai dengan dua pertiga lautan, populasi penduduk nomor empat terbesar di dunia dengan tingkat kesadaran lingkungan yang rendah, degenerasi kearifan budaya lokal, pendidikan yang tidak memadai, keterampilan rendah, keterbelakangan iptek, kepedulian sosial minim, dibelit kemiskinan dan kesulitan ekonomi, kelemahan pemerintahan, korupsi, kurangnya kepemimpinan, serta kelakuan yang buruk dari pengusaha dan institusi internasional.

2. Dampak Perubahan Iklim Global
Posisi geografis Indonesia menyebabkan bahwa pada setiap saat di dalam wilayah negara ini ada musim-musim yang saling berlawanan dan bersifat ekstrim, di satu wilayah terjadi kekeringan dan kekurangan air, di wilayah lain terjadi banjir. Musibah angin kencang dan gelombang pasang bisa terjadi setiap waktu dan sulit
diprediksi jauh-jauh. Produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, menjadi semakin sulit dan menimbulkan kerawanan pangan. Hubungan transportasi dan komunikasi antar pulau akan semakin sulit dan berbahaya. Semuanya akan bermuara pada disintegrasi negara kesatuan RI. Perubahan iklim yang diperkirakan akan menyertai pemanasan global adalah sebagai berikut:
a.      Mencairnya bongkahan es di kutub, sehingga permukaan laut naik.
Panjang garis pantai akan berkurang dengan naiknya permukaan laut, ratusan ribu kilometer persegi daratan di pesisir pantai akan hilang ditelan laut dan bersamanya akan ikut tenggelam pula kota -kota dan desa pesisir yang menjadi permukiman dari lebih seratus juta orang yang sebagian besar miskin serta asset dan infrastruktur bernilai trilyunan Euro.
Pesatnya peningkatan permukaan laut ini tidak akan mampu diimbangi dengan kecepatan untuk memindahkan penduduk dan menggantikan infrastruktur yang hilang. Belum lagi tiadanya modal untuk melaksanakannya. Bencana besar itu akan datang dalam hitungan beberapa dekade saja apabila upaya antisipasi tidak dilakukan, baik secara regional maupun global.
b.      Penyakit tropis menyebar
Malaria, demam dengue, demam kuning menyebar ke daerah yang sebelumnya tidak pernah dijangkiti, dan bukan hanya itu, penyakit ini diketahui menjadi semakin ganas. Belum lagi meningkatnya jumlah manusia yang terserang penyakit seperti kanker kulit, kolera dan sebagainya yang belakangan ini semakin mewabah, dan mencakup daerah yang semakin luas.
c.       Air laut naik sehingga akan menenggelamkan pulau.
Air laut yang naik akan menenggelamkan pulau-pulau kecil di Indonesia dan menghalangi mengalirnya air sungai ke laut yang menimbulkan banjir di dataran rendah. Kalau di Indonesia, seperti  pantai utara Pulau Jawa, dataran rendah Sumatera bagian timur, Kalimantan bagian selatan, dan lain-lain.
d.      Rusaknya biota laut.
Pemanasan laut menyebabkan rusaknya karang dan matinya kehidupan di situ. Diperkirakan dalam waktu 50 tahun ke depan, seluruh karang laut di dunia ini akan musnah akibat pemanasan laut dan polusi akibat kegiatan manusia.
e.       Perubahan iklim yang ekstrim dapat menimbulkan dampak buruk.   
Perubahan ini akan berpengaruh besar terhadap pola pertanian di Indonesia, sedangkan suhu bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air    permukaan, sehingga air menjadi langka. Tentunya hal ini memukul pola pertanian yang berbasis air.
f.       Terdesaknya hutan dan terancamnya kehidupan di hutan dan terancamnya mutu serta jumlah suplai air.
g.      Meningkatnya risiko kebakaran hutan.
Akibat dari semakin keringnya berbagai daerah yang mulai kekeringan karena musim kemarau yang panjang, lahan gambut jadi mudah terbakar dan mengakibatkan semakin bertambahnya polusi di selimut bumi.
h.      El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim.
El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru – Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global). Biasanya suhu air   permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya up-welling (arus dari dasar laut     menuju permukaan). Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember).
Di Indonesia, angin monsun (muson) yang datang dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru, Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air, sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang.
Sejak tahun 1980 telah terjadi lima kali El Nino di Indonesia, yaitu pada tahun 1982, 1991, 1994, dan tahun 1997/1998. El Nino tahun 1997/1998 menyebabkan kemarau panjang, kekeringan luar biasa, terjadi kebakaran hutan yang hebat pada berbagai pulau, dan produksi bahan pangan turun drastis, yang kemudian disusul krisis ekonomi. El Nino juga menyebabkan kekeringan luar biasa di berbagai benua, terutama di Afrika sehingga terjadi kelaparan di Etiopia dan negara-negara Afrika Timur lainnya.
Sebaliknya, bagi negara-negara di Amerika Selatan munculnya El Nino menyebabkan banjir besar dan turunnya produksi ikan karena melemahnya upwelling. La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan.
Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru, Ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali.
Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino. Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air, sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La Nina, karena mungkin bisa terjadi banjir. Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi delapan kali La Nina, yaitu tahun 1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995, dan 1999.

3. Realita yang Terjadi di Indonesia Sejak Terjadinya Perubahan Iklim
    Global
·         Bencana-bencana alam yang lebih sering dan dahsyat seperti gempa bumi, banjir, angin topan, siklon, puting beliung dan kekeringan akibat kemarau panjang yang terjadi belakangan ini. Bencana badai besar terjadi empat kali lebih besar sejak tahun 1960.
·         Meningkatnya curah hujan dan kondisi banjirSemuanya itu akan mempengaruhi kesehatan manusia baik dari sisi semakin meningkatnya pertumbuhan hewan pembawa penyakit seperti nyamuk, juga ancaman terhadap ketersediaan air bersih, krisis pangan, dan kebersihan lingkungan. Akhirnya dampak keseluruhan adalah mengancam jiwa manusia
·         Suhu global meningkat sekitar 5 derajat C (10 derajat F) sampai abad berikut, tetapi di sejumlah tempat dapat lebih tinggi dari itu. akibat dari pada permukaan es di kutub utara makin tipis dan hutan yang mulai gundul. Penggundulan hutan, yang melepaskan karbon dari pohon-pohon, juga menghilangkan kemampuan untuk menyerap karbon. 20% emisi karbon disebabkan oleh tindakan manusia dan memacu perubahan ilim.
·         Sejak Perang Dunia II jumlah kendaraan motor di dunia bertambah dari 40 juta menjadi 680 juta; kendaraan motor termasuk merupakan produk manusia yang menyebabkan adanya emisi carbon dioksida pada atmosfer. Begitu pula Indonesia, semakin menambah polusi karena jumlah penduduk yang sangat banyak, namun hutannya dengan cepatnya mulai gundul. Padahal Indonesia merupakan wilayah hutan tropis terbesar ke dua di dunia. Yang berarti juga dapat mengancam keberadaan paru-paru dunia. Selama 50 tahun kita telah menggunakan sekurang-kurangnya setengah dari sumber energi
yang tidak dapat dipulihkan dan telah merusak 50% dari hutan dunia.
4. Solusi Untuk Memperlambat Pemanasan Global yang Terus Terjadi
Melihat begitu luasnya berbagai dampak dari perubahan iklim yang akan terjadi di Indonesia, seluruh kalangan di negeri ini harus segera memulai upaya untuk mengatasinya.
Pemerintah, media, serta lembaga swadaya masyarakat harus segera mulai mensosialisasikan pada masyarakat luas berbagai hal yang terkait dengan isu perubahan iklim, baik mengenai dampaknya maupun upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk menahan laju perubahan iklim di negeri ini.
Selama ini, dikenal ada dua upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim, yaitu mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Mitigasi atas perubahan iklim adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, ini dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fossil di berbagai sektor, dan perlahan beralih dari penggunaan energi tak terbarukan ke energi yang terbarukan dan bersih seperti energi panas bumi, surya, dan bahan bakar nabati.
Sedangkan adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan upaya penyesuaian yang dilakukan manusia  untuk menanggapi perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi akibat perubahan iklim.
Untuk Indonesia, upaya adaptasi atas perubahan iklim lebih mendesak dilakukan karena berbagai dampak perubahan iklim sudah mulai dirasakan di berbagai wilayah Indonesia, dan untuk mengatasinya tidak cukup hanya dengan upaya mitigasi belaka.
Sayangnya, sampai saat ini Indonesia belum mempunyai  data-data yang komprehensif mengenai perubahan iklim, sehingga masih sangat sulit untuk menyusun peta kerentanan dampak-dampak dari perubahan iklim.
Pemerintah seharusnya mulai serius untuk mengumpulkan data yang komprehensif tentang perubahan iklim, tentunya hal ini dapat berjalan secara efektif jika melibatkan seluruh lembaga-lembaga yang bidang kerjanya terkait dengan perubahan iklim. Tanpa tersedianya data-data perubahan iklim sebelumnya, maka  mustahil untuk menyusun strategi nasional yang efektif dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim. 
Secara pribadi dan komunitas kita dapat mempraktekkan tiga hal berikut yang setidaknya bisa memperlambat laju pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim:
a)      Daur Ulang/menggunakan kembali :
·         Memperhatikan kebiasaan konsumen, dan membeli atau menggunakan barang- barang yang tidak dipaket.
·         Mencari merk yang memperhatikan lingkungan dan sabun-sabun dan agenagen pembersih.
·         Mendaur ulang segala yang dapat didaur ulang: plastik, kupasan buah segar dan sayur\ mayur, kertas dan kardus, gelas dan kaleng.
·         Mulailah dengan membuat kompos. Tambahkan cacing dan juga daun-daun, ranting-ranting dan kotoran dari kebun dan kompos itu akan menjadi pupuk alam untuk tanah.
·         Mendorong industri kerajinan untuk menjalankan tanggungjawab bagi daur ulang bahan-bahan sisa dan alat-alat elektro seperti tv dan komputer.
b)     Mengurangi
·         Hemat dalam menggunakan air
·         Mengurangi pembakaran barang-barang yang tidak dapat didaur ulang
·         Mengurangi emisi CFC dan emisi pengganti CFC dengan tidak menggunakan aerosol dan menggunakan energi efisien.
·         Mengurangi penggunakan listrik dengan menggunakan lampu hemat energi.

c)      Mengingatkan
·         Pemerintah setempat akan komitmen mereka untuk mendaur ulang dan mengurangi pemborosan serta mempertahankan hukum daur ulang dan pemborosan agar tetap relevan.
·         Mendorong pengusaha setempat agar mengurangi produk-produk paket.
·         Mengingatkan otoritas setempat untuk memelihara listrik dan menggunakannya dalam system yang efisien.
·         Mengingatkan pemerintah akan komitmen mereka pada deklarasi dan protokol-protokol demi lingkungan hidup
·         Mengingatkan siapa saja agar hidup sederhana di bumi ini dan mengingatkan agar selalu menggunakan dan mendaur ulang barang yang digunakan.
























Daftar Pustaka :
-          www.psmbupn.org
-          http://www.earthcharter.org
-          http://www.greenpeace.org/
-          http://www.climatenetwork.org
-          http://www.climatevoice.org/
-          http://www.iisd.ca/
























TUGAS GEOGRAFI
PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DI INDONESIA


logo_saba.jpg

Disusun Oleh :
DEVI KURNIAWATI / 08/ X-2

SMAN 1 BANTUL
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 comments:

Post a Comment