BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa remaja sering disebut dengan masa pemberontakan.
Pada masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas sering kali
menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami
banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
Gagalnya anak dalam menjalani masa
transisinya menuju kedewasaan dapat mengakibatkan kenakalan yang dapat
merugikan dirinya sendiri atau bahkan orang banyak. Hal ini bisa terjadi
disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam keluarga sebagai wadah pendidikannya
yang paling utama dalam menentukan karakternya.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan
bebrapa masalah sebagai berikut.
1)
Apa saja penyebab kenakalan
remaja yang berasal dari lingkungan keluarga?
2)
Bagaimana usaha yang dapat dilakukan dari dalam lingkungan keluarga untuk
mencegah kenakalan remaja?
3)
Bagaimana pula usaha dari dalam keluarga untuk menanggulangi kenakalan
remaja?
C.
Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut.
1)
Mengetahui faktor yang berasal dari lingkungan keluarga penyebab terjadinya kenakalan
remaja, khususnya perkelahian pelajar.
2)
Mengetahui usaha yang dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga untuk
mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja, khusunya perkelahian pelajar.
BAB II
KAJIAN
MASALAH
Batasan dan Jenis Kenakalan
Remaja
Kenakalan remaja merupakan tindakan melanggar
peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak di bawah usia 18 tahun. Perilaku
yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti
membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam
yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian
antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.
Dalam batasan hukum, menurut
Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua
kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
1. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh
anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan,
perkosaan, dan pembunuhan.
2. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos
sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku
yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
Keluarga yang Memicu?
Menurut Karol Kumpfer
dan Rose Alvarado, profesor dan asisten profesor dari University of Utah, dalam
penelitiannya, menyebutkan bahwa kenakalan dan kekerasan yang dilakukan oleh
anak dan remaja berakar dari masalah-masalah sosial yang saling berkaitan. Di
antaranya adalah kekerasan pada anak dan pengabaian yang dilakukan oleh
orangtua, munculnya perilaku seksual sejak usia dini, kekerasan rumah tangga,
keikutsertaan anak dalam geng yang menyimpang, serta tingkat pendidikan anak
yang rendah. Ketidakmampuan orangtua dalam menghentikan dan melarang perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja akan membuat perilaku kenakalan
terus bertahan.
Faktor-faktor penyebab
munculnya kenakalan remaja, menurut Kumpfer dan Alvarado :
- Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
- Perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah yang menunjukkan perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.
- Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
- Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
- Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
- Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
- Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
- Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
- Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
- Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.
Orang tua yang terlalu keras dalam menghadapi remaja
yang bermasalah bisa jadi bukannya meredam kenakalan mereka, justru malah
membuat kenakalan mereka semakin menjadi
Pemecahan
Masalah
Beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk menangani
perilaku kenakalan pada anak
remaja.
Dalam
mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang
merupkan lingkungan paling utama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi
kenakalan anak pihak orang tua hendaknya dapat mengambil dua sikap bicara,
yaitu :
1. Sikap/cara yang bersifat preventif
Yaitu perbuatan atau tindakan orang tua
terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak dari perbuatan buruk atau
dari lingkungan pergaulan yang buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk.
Dalam hal sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan
tindakan sebagai berikut.
Jangan
terlalu mengekang
Mengasuh anak yang memasuki usia remaja dapat diandaikan
seperti bermain layangan. Apabila orangtua menarik talinya terlalu dekat,
layangan itu tidak akan bisa terbang. Namun bila orangtua membiarkan talinya
terlalu jauh, layangan tersebut akan putus karena angin yang kencang, atau hal
lain seperti menyangkut di pohon. Begitu juga dengan anak remaja, jika orangtua
terlalu mengekang anak, yang terjadi adalah anak tidak mampu berkembang secara
mandiri dan mereka akan berusaha untuk melepaskan dirinya dari kekangan
orangtua. Ketika hal ini terjadi, lingkungan sosial, terutama teman sebaya,
akan menjadi pelarian utama si anak.
Apabila ternyata lingkungan sosial tempat anak biasa
berkumpul memiliki kecenderungan untuk melakukan kenakalan remaja, anak juga
berpotensi besar untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan kelompoknya.
Hal yang sama juga dapat terjadi apabila orangtua
terlalu membebaskan anak. Perbedaannya adalah, anak yang dibebaskan tidak
merasakan tekanan sebesar apa yang dirasakan oleh anak yang dikekang, sehingga
dorongan untuk memberontak cenderung lebih kecil dibandingkan anak yang
dikekang.
Berikan
batasan yang jelas.
Orangtua disarankan untuk memberikan batasan yang
jelas mengenai perilaku apa yang benar-benar tidak boleh dilakukan oleh anak,
misalnya membolos, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya.
Berdiskusilah untuk tawar menawar.
Lakukan tawar menawar melalui diskusi mengenai
perilaku lainnya yang dianggap berpotensi membuat anak menjadi nakal, seperti
pulang malam, menginap, atau bahkan memilih pacar.
Biarkan anak menentukan standar moralnya sendiri.
Proses tawar-menawar akan merangsang anak untuk
menentukan standar moralnya sendiri. Di sisi lain hal ini dapat membuat anak
lebih menghormati orangtuanya karena telah diberikan kesempatan untuk
menentukan pilihannya sendiri.
Aktif berkomunikasi dengan guru di sekolah.
Pengawasan dan pemantauan orangtua di rumah bisa
dilengkapi dengan pengawasan dari guru di sekolah. Pemantauan terpadu ini akan
memberikan banyak masukan yang menyeluruh bagi orangtua mengenai perilaku
anaknya di luar rumah.
Tak Ada Kata Terlambat
Tidak ada kata terlambat dalam menangani anak remaja
yang terlihat 'melenceng'. Karena di usia ini teman adalah segalanya bagi anak,
ia dapat dengan mudah terpengaruh oleh teman-teman sebayanya.
Untuk mengatasi hal ini, tindakan yang dapat dilakukan
oleh orangtua adalah dengan membuat kesan bahwa mereka bisa berdamai dengan
pilihan anaknya. Dengan begini, orangtua tetap bisa mengawasi aktivitas dan pergaulan
anaknya dengan pasif.
Namun, ada hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua
berkaitan dengan hal tersebut. Ketika orangtua terlalu 'masuk' ke dalam
kehidupan anak, pasti anak akan merasa terganggu privasinya. Ia akan merasa
risih dan pada akhirnya justru bersikap tertutup kepada orangtuanya.
Untuk itu, orangtua harus mengusahakan agar tetap
terlibat secara pasif, namun jangan sampai terkesan terlalu ingin ikut campur.
2. Sikap/cara yang bersifat represif
Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta
secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah
kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak,
ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak.
Selain itu, pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara
kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut.
a) Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan
kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam
kenakalan.
b) Memahani sepenuhnya akan latar belakang
daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya,
c) Meminta bantuan para ahli (psikolog atau
petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila
dipandang perlu
d) Membuat catatan perkembangan pribadi anak
sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jelaslah bahwa kenakalan remaja sangat
dipengaruhi oleh keluarga walaupun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh.
Faktor keluarga sangatlah penting karena merupakan lingkungan pertama,
lingkungan primer. Apabila lingkungan keluarga tidak harmonis, yaitu mengalami
hal-hal yang telah disebutkan di atas seperti keluarga broken home yang
disebabkan perceraian, kebudayaan bisu, dan perang dingin serta kesalahan
pendidikan akan berpengaruh kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan
remaja. Oleh karena itu, diperlukan usaha preventif atau pencegahan dan usaha
represif untuk membentuk karakter anak yang positif.
B. Saran
Bagaimanapun
juga tindakan kenakalan remaja harus ditangani sesegera mungkin karena apabila
berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan pda kehidupannya pada masa yang akan
datang. Selain dari pihak keluarga, pengendalian kenakalan remaja juga
dipengaruhi oleh lingkungan si remaja tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Admasasmita, Ramli. 1984. Problema Kenakalan
Anak/Remaja (Juridis, Sosio, Kriminologis. Bandung : Armico.
Ahmadi, H Abu. 1979. Psikologi Sosial. Surabaya :
Bina Ilmu.
Hamiru la, Ode. 1986. Faktor-Faktor Lingkungan Sosial
dalam Kaitannya dengan Remaja Nakal yang Menyalahgunakan Narkotika yang
Direhabilitasi pada Panti Rehabilitasi Korban Narkotika. Surabaya : Media Ilmu.
Mulyono
Y, Bambang. 1986. Kenakalan Remaja dalam Persepektif Pendekatan
Sosiologi, Psikologi, Teologis Dan Usaha Penanggulangan, Jakarta : Andi Offset.
0 comments:
Post a Comment